
Kalau ngomongin PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), pasti yang kebayang itu organisasi mahasiswa Islam yang katanya punya idealisme tinggi, semangat juang, dan kritis. Banyak tokoh-tokoh besar yang lahir dari rahim PMII, dengan gagasan yang segar dan pemikiran yang tajam buat bangsa. Tapi faktanya, hari ini dilapangan kok ga selalu sesuai sama ekspetasi? Ada yag nganggap PMII ini keren, bisa bikin orang lebih pinter, tapi nggak jarang juga ada yang nganggep kalo PMII itu, “halah, paling gur kumpulan wong-wong gabut”.
Sebagai organisasi mahasiswa, PMII punya cita-cita yang jelas dan sangat idealis yaitu melahirkan kader berilmu, berakhlak, dan siap terjun ke masyarakat untuk bikin perubahan yang berarti. Tapi, ya realitanya kadang agak berbeda. Banyak juga kader yang gabung bukan karena cita-cita tersebut, tapi lebih karena ingin punya banyak teman, dapet jaket biru yang keren, atau Cuma sekedar flexing di instanstory biar di kira mahasiswa produktif. Padahal, kalo Cuma itu doang, ya sayang banget. PMII seharusnya jadi wadah buat belajar, berkembang, dan berkontribusi lebih jauh lagi.
Baca juga: Aliansi Ponorogo Melawan: Bawa Keranda Mayat sebagai Simbol Kekecewaan untuk DPRD
Ada yang bilang PMII itu sering turun kejalan buat demo, tapi ada juga yang merasa organisasi ini kurang greget di dunia akademik. Padahal, sebenernya PMII nggak cuma aksi-aksi jalanan. Ada kajian intelektual, diskusi-diskusi serius, dan juga kegiatan yang berdampak bagi masyarakat yang nggak kalah penting. Cuman ya, yang sering ke-expose di media ya aksi-aksi demonstrasi itu tadi, makanya kesannya seperti organisasi yang lebih suka bikin keributan daripada mikirin solusi.
Jadi, supaya PMII gak Cuma jadi geng jaket biru, gimana?
Pertama Melek Media Sosial, Tapi Jangan Jadi Tukang Nyiyir : di era serba digital ini media sosial menjadi tempat untuk membangun citra. Jadi, kalau kader PMII sering nyebarin berita hoax atau malah jadi tukang ribut di kolom komentar, ya citranya bakal hancur. Gunakan media sosial buat hal yang lebih positif seperti berbagi pemikiran yang berguna, bukan sekedar update kegiatan tanpa makna.
Kedua Tetap Kritis, Tapi Jangan Tong Kosong Nyaring Bunyinya : sikap kritis adalah salah satu ciri khas kader PMII. Tapi kritik itu hanya disampaikan dengan cara yang konstruktif, bukan asal omong ngalor-ngidul atau ribut tanpa arah. Kalau ada kebijakan yang merugikan rakyat, ya kritik dengan data dan aksi tegas, bukan cuma ngeluh tanpa ada usaha buat memperbaiki.
Ketiga Aksi Nyata, Bukan Cuma Omon-Omon : PMII itu nggak cukup cuma ngomongin perubahan doang, harus ada bukti nyatanya juga. Misalnya, ngomongin pemberdayaan ekonomi umat, ya ngga cuma bikin seminar sana-sini, tapi juga turun langsung kelapangan, ngajarin UMKM cara melek digital biar bisa berkembang. Kalau ngomongin pendidikan, ya harus ada tindakan nyata, jangan cuma teori.
Keempat Turun ke Masyarakat, Bukan Cuma Nongkrong Sana Sini : PMII jangan cuma jadi tempat eksklusif buat mahasiswa kampus. Masyarakat itu butuh dampak nyata dari oragnisasi ini. Coba turun ke desa-desa atau tempat-tempat yang butuh perubahan. Ajak masyarakt untuk terlibat, bikin program yang bisa bermanfaat langsung buat mereka.
Nggak bisa cuma pengurus atau tokoh besar PMII saja yang jaga citra organisasi. Semua kader punya peran penting dalam hal ini. Mereka harus membuktikan bahwa PMII itu lebih dari sekedar organisasi mahasiswa biasa. PMII harus menunjukkan bahwa mereka punya dampak nyata, bukan cuma omong kosong. Citra PMII akan dibangun lewat kontribusi, bukan cuma sekadar gaya-gayaan pakai jaket biru.
PMII itu bukan hanya soal pakaian simbolik atau sekedar sekelompok orang gabut. Ini adalah wadah untuk bergerak, berkontribusi, dan mewujudkan perubahan. Jadi, buat yang sudah masuk PMII, jangan cuma berhenti di level ikut-ikutan. Buktikan kalau pergerakan ini punya makna dan bisa membawa perubahan besar. Jangan cuma jadi label, tapi buktikan kalau PMII itu punya arti.
Penulis: Misbachul Lucky Setiawan kunjungi IGnya Lucky